Kamis, 17 April 2014

#NoteToMySelf



Akhir waktu belakangan ini publik dikejutkan dengan kasus-kasus yang memprihatinkan, mulai dari penyalahgunaan obat-obatan terlarang, kasus pembunuhan anak kuliah yang dilakukan oleh mantan pacar, kasus pelecehan seksual terhadap anak TK,  dan yang lagi "Hot" diperbincangkan adalah Kasus Dinda.

Iyaa..betul..Dinda yang lagi hangat dibicarakan di dunia maya karena tidakrelaannya untuk berbagi kursi dengan Ibu hamil di commuter. Bahkan dalam postingannya dia memberi komentar "nyinyir" terhadap Ibu hamil.

Sebenernya apa sih yang terjadi di belakangan waktu ini? Begitu banyak kasus-kasus yang menyedihkan. Para "pelaku" dianggap tidak memiliki rasa kemanusiaan, begitu "brutal" & nampaknya tidak ada lagi rasa peduli ataupun empati, mencoba menempatkan posisi bagaimana kalau hal-hal buruk itu terjadi kepada mereka.

Dari kesekian kasus "menyedihkan" yang terjadi di kurun waktu terakhir, bisa ditarik benang merah bahwa telah terjadi penurunan kualitas mental para generasi muda. Mereka cenderung lebih memuaskan kebutuhan dan keinginan diri sendiri ketimbang memikirkan orang lain.


Menurut saya pribadi, salah satu yang paling bertanggung jawab terhadap penurunan kualitas mental dan kepribadian anak adalah orangtua, khususnya Ibu. Secara fitrahnya, Ibu lah yang berperan lebih besar, mau digambarkan seperti apa kepribadian anak kelak.

Dalam Ilmu Psikologi, ada teori yang sangat terkenal dari John Locke mengenai Tabula Rasa, bahwa manusia dilahirkan bagai kertas kosong. Seluruh sumber pengetahuan, kelak seorang manusia diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat inderanya terhadap dunia luar dirinya.

Untuk hal ini, orangtua, khususnya Ibu yang paling bertanggung jawab dalam menciptakan pengalaman, menorehkan tulisan dan gambar kehiidaupan untuk anaknya kelak. Hal inilah yang sering tidak dipahami dan tidak disadari oleh kebanyakan Ibu, bahwa memang tanggung jawabnyalah untuk mencetak generasi dengan kualitas yang baik.

Kenyataan yang terjadi saat ini, dengan segala kemajuan jaman & bentuk bukti emansipasi, tugas mendidik, mengajarkan nilai, norma, aturan nampaknya terlupa oleh Ibu. Ada peran yang tidak jalan, sehingga yang terjadi para anak berjalan tanpa panduan norma & nilai yang kuat pada dirinya. Pada umumnya Ibu saat ini lebih gemar memberikan gadget & permainan berteknologi tinggi daripada mendidik aturan, norma, prinsip hidup kepada anak. Kepribadian yang terbentuk pada akhirnya akan cenderung ke arah kepribadian egosentris (berpusat pada diri sendiri) daripada keprbadian yang berjiwa sosial.

Bagi saya pribadi, sah-sah saja kalau seorang wanita juga ingin melakukan aktualisasi diri, baik di dalam dunia kerja maupun usaha, namun satu hal yang perlu selalu di-keep adalah control terhadap pendidikan nilai anak. Terkadang karena tingginya ritme aktivitas pekerjaan, internalisasi nilai-nilai pendidikan buat anak sering terlupa.

Pendidikan nilai kepada anak belakangan ini menjadi teramat penting, sebagai bentuk tanggung jawab kepada Tuhan yang telah menitipkan "kado indah" dan sebagai bentuk perlindungan kepada anak dari segala kemungkinan dan pengaruh buruk dunia luar.

Seperti yang permah disampaikan di artikel sebelumnya tentang "Wanita dalam Keluarga", bahwa seorang wanita telah dikaruniai multitalenta, rasanya sangat memungkinkan apabila seorang Ibu mengoptimalkan kemampuannya untuk mencetak generasi yang lebih baik, meskipun Ibu juga berperan sebagai pekerja ataupun pengusaha..#NoteToMySelf


Salam,

Vidya

6 komentar:

  1. Mantafff... Pandangan dari sisi yang berbeda, tp sangat mengena. Jadi mengingatkan sy sendiri utk lebih berhati-hati agar tdk menggerutu di depan anak2. Makasih sharenya, Mbak Vidya..

    BalasHapus
  2. Benar Mba Vidya, setuju banget, pembelajaran untuk saya, bekal untuk menjadi Ibu yang menjaga amanah Allah dengan baik :)

    BalasHapus
  3. Setuju banget sm mba' vidya... semoga ibu² di dunia ini bisa dgn ikhlas membesarkan anak²nya penuh cinta kasih. Semoga kejadian² buruk belakangan ini bisa berkurang dgn bimbingan para ibu aamiin...

    BalasHapus
  4. jempol banget paparannya. mudah-mudahan bisa jadi pembelajaran untuk calon ibu dan ibu-ibu dimanapun berada..
    makasih ya mbak Vid..

    BalasHapus
  5. Tob matkotob mba vidya...makanya aq juga slalu bilang sama anakku agar berkelakuan baik, apakah itu didepan qu maupun dibekalangku.krn setiap tingkah laku anak akan dihubungkan sg ortunya, teruta ibu...

    BalasHapus
  6. hiks, aku merasa tertampar dengan artikel ini. Apakah aku sudah bisa menempatkan tabula rasa dengan baik? Ya Allah, mohon bimbinganmu :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya..